“Notula Kunjungan SALAM UI ke kantor Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia”

Pada tanggal 16 November 2018, Salam UI mengadakan kunjungan ke Kementerian Luar Negeri RI. Salam UI disambut dengan ramah oleh pihak Kementerian Luar Negeri ketika tiba di kantor Kementeria Luar Negeri RI. Kunjungan ini menjadikan diskusi/sharing dan tanya jawab sebagai agenda utama.

Kunjungan ini dibuka dengan sambutan dari Ketua SALAM UI sebagai perwakilan SALAM UI. Setelah itu, pihak Kementerian Luar Negeri juga memberikan sedikit pertanyaan terkait ap aitu diplomasi. Umumnya, diplomasi berkaitan tentang penyelenggaraan hubungan antara negara yang berdaulat dan identik dengan berunding. Pada kunjungan ini, lebih dijelaskan tentang diplomasi publik itu sendiri. Diplomasi publik sendiri mempunyai ranah yang lebih ke sosial budaya dalam sebuah masyarakat. Tujuan dari diplomasi publik sendiri tidak jauh beda dengan bidang-bidang lain di kemenlu, yaitu menjalin relasi untuk hubungan yang baik. Bidang diplomasi publik sendiri dituntut harus kreatif dengan memanfaatkan resources  yang ada dan dan bertugas mensosialisasikan yang biasanya dengan diadakannya public lecture di universitas-universitas.

Pihak kemenlu juga memaparkan sedikit materi tentang diplomasi. Diplomasi mempunyai aset-aset yang menunjang diplomasi negara Indonesia, yaitu Indonesia sebagai negara demokrasi, negara muslim terbesar, pluralisme, ekonomi yang progressive, keanekaragaman dan menganut politik bebas-aktif. Politik bebas aktif maksudnya adalah bebas menentukan dan aktif berkontribusi dalam perdamaian dunia. Hal-hal inilah yang menjadi aset diplomasi Indonesia. Kemenlu juga mempunyai strategi-strategi tertentu dalam berdiplomasi, yaitu partnership, networking, promotion, dissemination, dan people to people contact. Bidang Diplomasi Publik sendiri lebih mengutamakan people to people contact dimana kita mengunjungi langsung orang yang ingin kita jalin relasinya.

Pada sesi tanya jawab, terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa perwakilan SALAM UI. Pertama tentanag konflik yang sering terjadi di Asia Tenggara. Pihak kemenlu menjelaskan bahwa konflik yang sering terjadi yaitu tentang perbatasan dan migrant workers. Kedua tentang suka dan duka menjadi diplomat. Sukanya menjadi diplomat adalah sharing ide dan pengalaman dengan relasi-relasi dari luar negeri, juga dapat memperluas relasi baik dalam dan luar negeri. Adapun dukanya menjadi diplomat adalah kerja lembur terkadang di luar jam kerja harus terus siap. Selain itu, juga mereka harus siap untuk kerja jauh dari keluarga. Kerja di kemenlu juga mempunyai sistem rotasi. Jadi, 3 tahun di luar dan 3 tahun di dalam negeri. Menjadi seorang diplomat juga lebih dari negosiasi, mereka harus care, share karena mereka juga bertuga mengurusi WNI di luar negeri. Jadi, jika terjadi apa-apa dengan WNI, mereka adalah orang pertama yang harus bergerak atau dapat dikakan juga sebagai pembawa berita. Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang guideline apa yang digunakan oleh Kemenlu untuk berdiplomasi. Jawabannya adalah Bhineka Tunggal Ika.

Dokumen dapat diunduh di bawah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.