Sri Lanka adalah negara di Asia Selatan yang mayoritas penduduknya merupakan etnis asli Sri Lanka, Sinhal. Meski begitu, Sri Lanka memiliki komunitas minoritas Muslim yang cukup signifikan dengan jumlah sekitar 9% dari keseluruhan populasi, dengan konsentrasi yang tinggi di daerah Kandy dan timur Sri Lanka. Secara keseluruhan, komunitas Sinhal dan Muslim di Sri Lanka hidup berdampingan dengan relatif damai hingga terjadi ketegangan pada tahun 2014 antara kedua kelompok, ketika terjadi serangkaian demonstrasi anti-Muslim dan penyerangan terhadap komunitas Muslim di Aluthgama yang mengakibatkan meninggalnya empat orang.
Intensitas ketegangan antara kelompok Sinhal dengan komunitas Muslim Sri Lanka sempat menurun sejak tahun 2014 meskipun sempat muncul kembali ke permukaan pada tahun 2017. Di tahun 2018, demonstrasi dan kericuhan anti-Muslim kembali terjadi di Sri Lanka. Pada tanggal 26 Februari, terjadi perusakan masjid dan tempat usaha yang dimiliki oleh minoritas Muslim di Ampara, Sri Lanka Timur, setelah muncul tuduhan bahwa seorang pemilik restoran Muslim memasukkan ‘pil sterilisasi’ ke dalam makanan. Tuduhan tersebut telah dibantah oleh lebih dari 200 dokter di Sri Lanka yang menyatakan bahwa tidak ada pil yang dapat menyebabkan ketidaksuburan temporer pada laki-laki, namun hal itu tidak dapat menghentikan serangkaian seragan pada komunitas Muslim Ampara.
Pada tanggal 5 Maret, terjadi konflik lalu lintas antara beberapa pengguna jalan Muslim dan seorang pengemudi truk Sinhal, yang berakhir dengan kematian pengemudi truk. Kejadian ini memicu kericuhan di Kandy pada hari berikutnya (6/3/2018), ketika terjadi penyerangan dan pembakaran terhadap masjid dan tempat-tempat usaha yang dimiliki oleh komunitas Muslim. Penyerangan dan pembakaran yang terjadi telah menimbulkan korban jiwa dan luka-luka, serta rusaknya lebih dari 30 toko dan rumah, juga kerusakan fasilitas ibadah (masjid). Secara umum, serangan-serangan terhadap komunitas Muslim Sri Lanka ini dimotori oleh kaum nasionalis Sinhal. Meski begitu, banyak pula etnis Sinhal yang mengecam penyerangan terhadap komunitas Muslim dan menunjukkan dukungan atas pelaksanaan shalat Jum’at pada tanggal 9 Maret 2018, beberapa hari setelah kerusuhan.
Untuk menanggapi serangkaian insiden tersebut, pemerintah Sri Lanka memberlakukan jam malam sampai hari Rabu, 7 Maret 2018, dan presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, mengumumkan keadaan darurat nasional pada tanggal 6 Maret 2018. Pihak kepolisian berhasil menangkap sepuluh orang tersangka yang diduga berperan sebagai dalang dalam kerusuhan tersebut. Pemerintah juga membentuk komite khusus yang terdiri atas tiga hakim untuk menyelidiki kekerasan yang terjadi di Kandy.
Pada tanggal 7 Maret 2018, pemerintah Sri Lanka memberhentikan akses pada jaringan media sosial Facebook dan WhatsApp karena dianggap menjadi salah satu sarana menyebarkan rumor dan memicu konflik antar kelompok. Beberapa hari setelah diberlakukannya penutupan akses media sosial, tepatnya pada tangal 10 Maret 2018, akses menuju jejaring Facebook dan WhatsApp kembali dibuka, disertai dengan rencana dibuatnya legislasi baru untuk mengatur penggunaan jaringan media di Sri Lanka.
Sangat disayangkan bahwa konflik antar golongan masih sangat rentan terjadi. Semua orang memiliki hak untuk berkelompok dan mempercayai ideologi dan keyakinannya masing-masing, namun tidak disertai dengan kekerasan maupun penyerangan kepada pihak lain. Konflik yang terjadi di Sri Lanka, jika terus berjalan, akan mengancam keselamatan semua orang dan berpotensi tidak memiliki ujung. Jika kedua belah pihak terus saling membalas dendam, masalah yang ada di antara kedua komunitas dapat mengakar lebih dalam dan menjadi lebih sulit untuk dipecahkan. Diharapkan dengan ditangkapnya tersangka pelaku kerusuhan, tekanan di antara kedua belah pihak dapat berangsur-angsur mereda. Semoga saudara-saudari seiman dalam Islam yang berada di Sri Lanka diberi ketabahan dan kelapangan dada untuk melalui konflik yang sedang terjadi di tanah air mereka.
Rilis ini disusun oleh SPICE (Salam Palestine and International Center).
Referensi:
https://www.aljazeera.com/amp/news/2018/03/sri-lanka-hate-speech-impunity-fuel-anti-muslim-violence-180310020253272.html (Arson case)
https://mobile.nytimes.com/2018/03/06/world/asia/sri-lanka-anti-muslim-violence.html?referer=https://www.google.co.id/ (Reasons)
https://www.economist.com/news/asia/21738422-sinhalese-nationalists-may-be-looking-enemy-anti-muslim-riots-sri-lanka-signal-new
https://www.economist.com/news/asia/21738422-sinhalese-nationalists-may-be-looking-enemy-anti-muslim-riots-sri-lanka-signal-new (more reasons)
https://www.aljazeera.com/news/2018/03/sri-lanka-brink-fresh-anti-muslim-violence-180307203031915.html
Dokumen dapat diunduh di bawah ini.