Oleh: Dimas Prasetio Ajie (Staff Departemen Kastrad Salam UI 19)
Bulan ramadhan merupakan fenomena istimewa yang hadir setiap tahunnya, yang dengan kedatangannya dipenuhi dengan suka cita dari orang-orang yang beriman. Bulan yang istimewa ini selalu penuh dengan fenomena-fenomena luar biasa, dari kemuliaan yang Allah sematkan dalam bulan ini hingga fenomena-fenomena kebudayaan dari setiap bangsa yang menyambut kehadirannya. Tak terlewatkan juga tanah air Indonesia kita yang selalu ramai dengan berbagai macam budaya dalam menyambut bulan yang mulia ini dari acara-acara saur dengan kuis berhadiahnya, iklan sirup dengan berbagai jenis es buahnya hingga rutinitas dengan buka bersamanya. Buka bersama selalu menjadi salah satu agenda rutin setiap tahun yang selalu meramaikan jadwal kita dibulan ramadhan, hingga tidak sedikit dari kita yang jenuh dengannya, entah dari beratnya ongkos yang dibutuhkan hingga bertemunya dengan teman lama yang kurang akrab yang menjadikan kita tidak nyaman.
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati-hatimu, dan dengan nikmat Allah-lah kamu menjadi orang-orang yang bersaudara” (Q.S. Ali Imron [3] : 103)
Berbicara tentang buka bersama atau yang biasa kita kenal dengan ‘bukber’ ini, tidak sedikit dari kita mulai merasakan jenuh dengan berbagai undangan berbuka bersama ini, dari teman sekolah dasar hingga kelembagaan yang kita ikuti sekarang. Berbagai alasan mulai bermunculan dalam mereduksi demam ‘bukber’ ini, dari alasan tipisnya kantung hingga tidak hadirnya kawan terdekat kita. Namun sedikit dari kita yang sadar bahwa berbagai manfaat hingga peluang hadir diacara yang terkadang kita remehkan ini. Terkadang, banyak dari kita yang lupa bahwa hal ini merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan kepada setiap hambaNya yang beriman setelah Allah jadikan kita bersaudara.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat [49] : 10)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wassalam pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukan aku kedalam srga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi. (H.R. Bukhari).
Jika kita renungkan sejenak, ada dua hal pokok yang bisa kita ambil hikmah sebesar-besarnya dari acara ‘bukber’ ini. Pertama, tersambungnya tali silaturahmi dan tersegarkan kembali ukhuwah yang sudah mulai mengering diantara saudara kita. Ukhuwah islamiyah adalah nikmat/hadiah yang Allah berikan kepada setiap makhlukNya yang beriman. Pada ukhuwah terdapat beberapa tingkatan. Dari yang terendah salamatus shadr (hati yang bersih) hingga yang tertinggi itsar. Fenomena buka bersama ini adalah sebuah peluang besar bagi kita untuk kembali menyegarkan ukhuwah dan melapangkan syiar kebaikan kepada kawan lama. Mungkin banyak dari kita yang semasa menjalani waktu bersama banyak melakukan kekhilafan hingga mungkin ada beberapa yang hingga kini belum kita kenal, didalam acara ini lah kita dapat memulai menumbuhkan bibit-bibit ukhuwah yang lebih indah. Dimulai dari hal paling sederhana seperti memberikan senyuman terbaik dan kehadiran yang utuh dalam setiap momen, menghargai perbedaan, menyatukan persamaan, memunculkan kembali rasa kebersamaan dan kekeluargaan hingga menyatukan barisan merasakan indahnya ukhuwah. Silaturahmi adalah langkah awal dalam merapatkan kembali ukhuwah yang mulai renggang.
Ukhuwah adalah harga mati bagi setiap manusia yang beriman. Ukhuwah tidak pernah mengenal kaya atau miskin, tua atau muda, kulit hitam atau kulit putih, pintar ataupun bodoh. Ukhuwahlah yang menyatukan umat manusia, yang karenanya manusia mengenal arti saling mencintai dan mengasihi. Karena ukhuwahlah yang menjadikan islam kokoh dalam menjaga dua per tiga bumi, ukhuwahlah yang menjadikan islam kuat. Sedang silaturahmi adalah bagian utama dari ukhuwah tersebut, yang menjaga keutuhananya. Karena bisa jadi orang yang pertama menerima seruan kita dihari esok adalah orang yang kita beri senyuman terbaik hari ini. Bisa jadi orang yang membantu kita pertama kali dari keterpurukan adalah orang pertama yang kita sampaikan salam terbaik kepadanya.
“Ukhuwah adalah nilai yang tak terbantah. Sebabnya adalah ukhuwah tidak mengenal kaya atau miskin, tidak mengenal banyak sedikitnya ibadah, bahkan tidak mengenal si pintar dan si bodoh. Nilai ukhuwah ada pada mereka yang mengerahkan segenap yang dimilikinya untuk kebaikan saudaranya. Nilai ukhuwah, ada pada mereka yang melihat orang lain jauh lebih membutuhkan dar dirinya sendiri. Nilai ukhuwah, hanya terdapat pada diri pejuang sejati. Senyum saudaranya adalah kebahagiaannya. Tangis saudaranya adalah kesedihan baginya. Dan surga saudaranya adalah surganya juga” – Zaky A. Rivai
Dibulan yang mulia ini, bulan yang penuh keberkahan dimana setiap kebaikan dilipatgandakan adalah peluang besar kita dalam mengejar ridho serta ampunannya. Maka dari itu jadikan setiap aktivitas kita menjadi langkah-langkah yang menjadikan kita dekat dengan-Nya, niatkan dalam setiap aktivitas kita sebagai ibadah, senyum kita sebagai pemererat persaudaraan. Jadikan momen ini sebagai momen untuk mendekatkan hati yang jauh dan merapatkan barisan yang renggang. Sampaikan salam terbaik, kerahkan senyum terindah dan yakinkanlah dalam hati bahwa surga adalah tempat antara kita untuk kembali berjumpa.
Dokumen dapat diunduh di bawah ini.