“Ancient religious hatreds: Dua kelompok yang mengklaim tanah yang sama”

Pada awal abad ke-20, Timur Tengah berada di bawah kekuasaan Ottoman, termasuk Palestina. Israel-Palestina merupakan suatu daerah yang memiliki banyak perbedaan agama, yaitu Islam, Kristen, Yahudi, dan Druze yang hidup berdampingan dalam kedamaian.

Kemudian, kondisi tersebut berubah menjadi 2 hal:

  1. Semakin banyak pihak yang semakin merasa ingin memiliki sebuah negara independen dikarenakan menyebarnya paham nasionalisme—termasuk etnik Arab di wilayah Palestina; dan
  2. Orang-orang Yahudi dari Eropa menggandrungi paham Zionism yang mengatakan bahwa: Yahudi tidak hanya tentang kepercayaan, tapi sebuah negara. Setelah berabad-abad dipersekusi, banyak Yahudi yang mulai memikirkan tanah air mereka di Timur Tengah dan berencana akan membangun negara atasnya. Pada awal dekade abad ke-20, 10.000 Yahudi pun bermigraso ke Timur Tengah.

Setelah Perang Dunia I, Ottoman runtuh dan Imperium Brittania Raya mulai berkembang—menguasai wilayah Timut Tengah. Imperium Inggris menguasai wilayah yang dinamakan “British Mandate of Palestine”.

Mehmed VI, sultan terakhir Ottoman, pergi meninggalkan Istana Dolmabahce, Istanbul lewat pintu belakang setelah kesultanan resmi dibubarkan. Pada 17 November 1922, Sultan bersama putranya diasingkan ke Malta, lalu ke San Remo, Italia tempat dia meninggal dunia pada 1926.(Sumber: Wikipedia)

Pada mulanya, Inggris memperbolehkan para Yahudi berimigrasi ke Palestina mulai tahun 1919. Namun, semakin hari semakin banyak Yahudi yang datangenetap dan tentu dalam membangun tempat tinggal, mereka memerlukan lahan. Timbullah ketegangan antara Yahudi dengan penduduk Palestina disebabkan perebutan lahan. Kedua pihak tak luput menggunakan jalan kekerasan. Hingga pada 1930, Inggris pun mulai membatasi migrasi Yahudi ke Timur-Tengah. Pada saat yang sama, kelompok Yahudi yang telah berada di  wilayah Palestina membentuk kelompok-kelompok milisi guna  memerangi orang-orang Arab Palestina dan menolak aturan Imperium Inggris.

Holocaust (1941-1945)

Kejadian Holocaust menyebabkan banyak Yahudi melarikan diri dari Eropa menuju wilayah British Mandate of Palestina, dengan mengumpulkan dukungan dunia atas negara Yahudi.

Pada 1947, kekerasan sektarian antara Yahudi-Arab tumbuh. Dalam Proposal PBB di tahun 1947, PBB menyetujui rencana untuk membagi British Mandate of Palestine menjadi dua negara terpisah; yakni Israel dan Palestina. Kota Jerusalem merupakan situs suci bagi agama Islam, Kristen, dan Yahudi menjadi kota internasional. Tujuannya partisi tersebut adalah untuk meengakomodasi keinginan dua pihak  sebagaimana telah  disebutkan di awal; mendirikan negara untuk orang Yahudi dan memberikan kemerdekaan untuk orang Arab-Palestina. Orang-orang Yahudi pun menerima rencana ini dan mendeklarasikan kemerdekaannya. Namun, berbeda dengan orang-orang Arab di wilayah tersebut yang melihat rencana itu sebagai bentuk kolonialisme Eropa, dengan tujuan mencoba mencuri tanah mereka.

Peta Partisi antara Arab dengan Yahudi (Sumber: Google)

Arab-Israeli war (1948-1949)

Banyak negara Arab yang baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya menyatakan perang dengan Israel sebagai usaha menjaga kedaulatan wilayah Palestina seutuhnya. Perang tersebut dikenal sebagai Perang Arab-Israel yang berlangsung hungga tahun 1949. Israel, dengan dukungan-dukungan yang Ia peroleh dari negara-negara pemenang Perang Dunia, memenangkan peperangan tersebut sehingga terwujudlah UN Partition Plan yang melahirkan dua negara baru, Israel dan Palestina. Dalam prosesnya, Israel melewati perbatasan yang telah ditetapkan dalam Keputusan PBB, serta mengambil setengah wilayah barat Jerussalem yang masuk dalam bagian Palestina dalam plan tersebut. Mereka juga mengusir orang-orang Palestina dari rumahnya, melakukan pengusiran besar-besaran yang hingga kini korbannya mencapai sekitar 7 juta jiwa. Pada akhir peperangan, Israel pun mengontrol wilayah Palestina secara keseluruhan, kecuali Gaza (karena di bawah kontrol Mesir) dan West Bank (dibawah kontrol Jordan). Ini merupakan awal dari konflik berkepanjangan Israel-Palestina.

Peta Daerah Perang Arab-Israel (Sumber: Google)

Six-Days War 1967

Pada masa ini, banyak Yahudi di mayoritas negara Arab diusir dan berpindah ke Israel. Saat itu, Israel dan negara-negara Arab di sekitarnya tengah berperang lantaran urusan yang lain. Ketika perang itu berakhir dengan kemenangan Israel, Israel berhasil menyita dataran tinggi Golan di Suriah, West Bank dari Jordan dan Gaza, serta Semenanjung Sinai dari Mesir. Sekarang, Israel menduduki seluruh wilayah Palestina beserta kota sucinya.

Pada tahun 1978, Israel dan Mesir menandatangani Camp David Accord yang ditengahi oleh AS. Tidak lama setelah itu, Israel kembali melepas Semenanjung Sinai pada Mesir sebagai bagian dari perjanjian damai. Hal tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan negara-negara Arab. Presiden Mesir, Anwar Sadat dibunuh oleh amarah dan penentangan rakyat Mesir terhadapnya. Hal ini secara luas menjadi akhir dari perang negara-negara Arab dengan Israel. Setelah beberapa dekade, negara-negara Arab pun mulai berdamai dengan Israel, meskipun tidak pernah menandatangani perjanjian damai. Namun, milisi Israel masih menduduki wilayah Palestina di West Bank dan Gaza—di sinilah konflik menjadi mengerucut dan semakin intensif, antara Isarel dengan Palestina.

The Palestinian Liberation Organization atau PLO dibentuk sekitar tahun 1960 dengan tujuan mempertahankan Palestina melawan Israel, termasuk melalui jalan terorisme. PLO menginginkan wilayah Palestina secara utuh seperti saat British-Palestina, yang artinya ingin menyapu habis keberadaan Israel. Peperangan Israel dengan PLO pun berlangsung selama bertahun-tahun. Kemudian, PLO menyetujui untuk membagi wilayah Palestina dan Israel, namun konflik ini tidak selesai.

Namun, sesuatu yang dramatik terjadi setelahnya, dimana orang-orang Israel sebagai pendatang (atau pemukim) mulai menempati wilayah Gaza dan West Bank dan mendirikan pemukiman di beberapa wilayah yang seharusnya menjadi milik Palestina, tanpa sepersetujuan penduduk Palestina. Beberapa pindah dengan alasan agama, beberapa karena mereka mengakui tanah milik Palestina sebagai tanah mereka, beberapa hanya karena rumah di wilayah-wilayah tersebut harganya murah karena disubsidi oleh pemerintah Israel. Walhasil timbul lah babak baru dalam konflik Israel-Palestina.

Para pemukim Israel ini diikuti oleh tentara yang menjaga mereka dan memaksa warga Palestina meninggalkan tempat asalnya dikarenakan adanya ketimpangan kekuatan. Dalam jangka waktu yang singkat, mereka membuat pendudukan yang semakin menyengsarakan orang-orang Palestina. Lambat laun, dengan membagi-bagi wilayah pemukimann, rakyat Palestina semakin kesulitan mendirikan negara independen. Hingga saat ini, terdapat beberapa ratus ribu pemukim di wilayah pendudukan, meski masyarakat internasional menganggap hal ini sebagai sesuatu yang ilegal.

Keresahan warga Palestina berujung pada adanya Intifada (pemberontakan) pertama pada 1987-1993. Dimulai dengan adanya protes dan boikot yang kemudian menjelma menjadi kekerasan, dan Israel meresponnya dengan kekuatan besar. Ratusan orang Israel dan ribuan orang Palestina meninggal pada pemberontakan pertama. Di waktu yang sama, sekelompok orang Palestina di Gaza yang menyadari bahwa PLO terlalu sekuler dan terlalu berkompromi dengan Israel dalam mewujudkan Negara Palestina yang berdaulat. Orang-orang tersebut pun berinisiasi untuk membentuk kelompok ekstrimis brutal untuk mengalahkan Israel, bernama Hamas.

Hingga awal 1990-an, jelas bahwa Palestina (setidaknya PLO) dan Israel ingin mencapai perdamaian. Pemimpin kedua pihak pun menandatangani Oslo Accords pada 1993. Perjanjian ini dimaksudkan sebagai langkah awal bilamana Israel akan menarik warganya dari wilayah Palestina dan menerima kemerdekaan Palestina. Oslo Accords membangun otoritas Palestina, memperbolehkan Palestina lebih bebas dalam mengatur negaranya di beberapa tempat. Namun, aliran garis keras dari kedua pihak melanggarnya. Hamas meluncurkan bom bunuh diri dan berusaha menyabotase prosesnya, sementara golongan kanan Israel yang menentang adanya perdamaian mengorkestrasikan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Yitzhak Rabin. Tidak lama setelah Rabin menandatangani Oslo Accord, dua orang dari golongan kanan tersebut membunuhnya di Tel Aviv. Kedua golongan ekstrimis ini menjauhkan kedua negara tersebut dari perdamaian dan terus membuat konflik yang permanen, dimana mereka menginginkan kehancuran pihak lawan secara total.

Hasil Perang Enam Hari (Sumber: Google)

Camp David II (2000)

Negosiasi dimaksudkan untuk menuntaskan perincian akhir mengenai ihwal perdamaian selama bertahun-tahun, namun Camp David ini berakhir tanpa hasil. Orang-orang Palestina pun mulai berpikir bahwa perdamaian tidak akan terjadi, hingga mereka memulai Intifada kedua pada 2000-2005. Pemberontakan ini menjatuhkan jauh lebih banyak korban dari Intifada pertama; sekitar 1.000 orang Israel dan 3.200 orang Palestina meninggal.

Intifada kedua benar-benar mengubah jalannya konflik. Israel menjadi lebih curiga dan skeptis; apakah Palestina akan menerima perdamaian atau bahkan apakah feasible untuk menempuh jalur perdamaian. Politisi Israel pun bergeser pemikiran politiknya menjadi lebih ekstrem dan bahkan megupayakan pembangunan dinding barikade serta pos pemeriksaan untuk mengontrol pergerakan orang-orang Palestina. Orang-orang Palestina juga mulai berpikir bahwa negosiasi tidak berjalan dengan baik dalam menghasilkan perdamaian.

Pada tahun itu pula, Israel melepas diri dari Gaza, Hamas bertambah kekuatannya dan memisahkan diri dari otoritas Palestina, pada perang sipil yang memisahkan Gaza dari West Bank. Israel meninggalkan Gaza dibawah blokade total yang mencekik penghuninya. Di West Bank pun semakin banyak penduduk Israel yang meresahkan orang-orang Palestina, terkadang mereka merespon dengan protes atau bahkan dengan kekerasan, meskipun banyak orang yang hanya ingin hidup dengan tenang. Di Gaza, Hamas dan grup ekstrimis lainnya melakukan perang secara berkala dengan Israel. Peperangan ini membunuh banyak warga sipil palestina. Kini, orang-orang Israel menjadi apatis dan sebagian besar pekerjaan menjaga konflik relatif dihapus dari kehidupan sehari-hari. Mereka menggantinya dengan momen kekerasan yang singkat tetapi mengerikan.

 Perubahan Teritori Israel-Palestina hingga saat ini (Sumber: Google)

Rilis ini disusun oleh Salam Palestine and International Center (SPICE).

Dokumen dapat diunduh di bawah ini.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.