“Mengejar Lailatul Qadr”


Oleh Ikhsanul Akbar Ridwan

(Ketua Umum LD Sahabat Asrama UI 2018)

Mengejar Lailatul Qadar

“Kenapa ya, Allah merahasiakan ajal setiap hambaNya?”, tanya seorang murid pada gurunya. “Padahal, seandainya saya tahu kapan ajal saya, tentu saya akan bersenang senang semasa hidup, lalu di H-1 ajal saya akan bertaubat dan beribadah sehari semalam suntuk agar besoknya meninggal dalam keadaan husnul khatimah”.

Gurunya yang bijak menjawab, “Nah.. Justru untuk itulah Allah merahasiakan ajal hamba-hambaNya. Agar setiap hamba senantiasa berbuat baik dan yang terbaik setiap harinya, karena mereka tidak tahu kapan ajal itu datang, yang bisa jadi hari ini menjadi hari terakhir kehidupannya di dunia”

***

Kita pasti pernah mendengar sepotong dialog yang semacam dengan dialog di atas. Dialog tentang alasan logis mengapa Allah merahasiakan ajal setiap hambaNya.

Lah lalu apa hubungannya dengan lailatul qadr ya?
Allah berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat 3, “Lailatul Qadar itu lebih baik daripada 1000 bulan”.

Lailatul Qadar adalah special gift dari Allah untuk umat nabi Muhammad, yang rerata umurnya hanya 60-70 tahun agar bisa menandingi amal-amal umat umat sebelum Nabi Muhammad yang berumur jauh lebih panjang (sebagai contoh Nabi Nuh hidup sekitar 950 tahun). Kita tahu bahwa beribadah di malam itu sama halnya beribadah selama 1000 bulan atau 83 tahun.

Rasulullah bersabda, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari), di riwayat lain “Carilah lailatul qadar di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir dari bulan ramadhan”.

Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.

Kalau kita perhatikan, letak lailatul qadar pun tidak ada seorang hamba yang mengetahui dengan pasti – Rasulullah hanya memberikan petunjuk dan ciri cirinya,
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi harinya matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dengan sanad yang baik menurut Haitsami).

Mungkin kita pernah bepikir juga, “Mengapa Allah tidak menetapkan Lailatul Qadar pada tanggal yang pasti agar kita bisa beribadah dengan maksimal di malam tersebut?”.

Alasan logis (juga) untuk pertanyaan itu adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Seperti halnya alasan Allah merahasiakan ajal, Allah pun merahasiakan Lailatul Qadar agar Allah mengetahui, siapa-siapa hambanya yang bersungguh-sungguh mencari dan beramal di setiap sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, dan siapa yang tidak bersungguh sungguh. Intinya, dengan begitu Allah akan mengetahui siapa ‘pemburu’ Lailatul Qadar yang sejati, dan siapa ‘pemburu’ Lailatul Qadar abal-abal.

Nah, menjadi ‘pemburu’ Lailatul Qadar saja tidak cukup. Jangan sampai kita terjaga di malam malam ganjil tersebut namun tidak menghidupkan dan memenuhinya dengan amalan amalan (apalagi hanya berdiam diri >.<).

Here it is, beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk mengisi 10 malam-malam ganjil terhakir di bulan Ramadhan :
Perbanyak berdoa dengan doa yang dicontohkan nabi,
“Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii”. Artinya: Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah aku.

Tapi kita tidak dilarang untuk memanjatkan doa-doa lain, maka tidak ada salahnya untuk berdoa dengan doa-doa yang lain sesuai dengan keinginan atau kebiasaan kita 🙂

Mendirikan sholat-sholat malam.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi sesungguhnya beliau bersabda: “Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan harap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (Muttafaq ‘alaihi)

Jadi buat kita-kita yang belum terbiasa untuk berQiyamul Lail ria, ini bisa dijadikan ajang pembiasaan diri agar nanti selepas Ramadhan, kita sudah terbiasa menghidupkan malam-malam kita dengan Qiyamul Lail

Tidak lupa mengingatkan dan membangunkan keluarga kita.

Aisyah RA. bercerita, “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya”. Tentunya teman teman tidak mau kan, masuk surga sendirian. Jadi jangan lupa untuk membangunkan keluarga dan sahabat kita 😀

Perbanyak amalan-amalan lain, seperti Tilawah Al-Qur’an, berzikir, dan sholat-sholat sunnah lainnya.
Alhamdulillah Allah masih memberikan umur dan kesempatan beribadah di sisa-sisa Ramadhan ini.

Jadi, yuk kita memaksimalkan malam malanya, wa bil khusus, malam-malam ganjil yang tersisa. Semoga kita temasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan malam Lailatul Qadar itu, dan tentunya dipertemukan lagi dengan Ramadhan-ramadhan yang akan datang. Amin ya Robbal Alamin ^^

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.